Pages

Sabtu, 17 Oktober 2015

Dampak Gas Metan yang Dihasilkan Sampah Organik Terhadap GRK

Oleh : Admin BEST Indonesia

Angkasa raya merupakan ruang yang maha luas dan dingin. Dalam sistem tata surya hanya bumi satu-satunya planet yang diketahui terdapat kehidupan. Adanya kehidupan tersebut dimungkinkan karena permukaan bumi memiliki suhu yang ideal bagi tumbuh dan berkembangnya kehidupan. Selain di planet bumi belum ditemukan kehidupan karena suhu di planet lain begitu tinggi atau terlalu dingin.

Hangatnya suhu di permukaan bumi disebabkan adanya sekelompok gas di atmosfer seperti CO2, Metana, dan NO yang berfungsi menjaga agar suhu di permukaan bumi tetap hangat. Kelompok gas tersebut sering disebut dengan gas rumah kaca. Disebut dengan gas rumah kaca karena cara kerja gas tersebut mirip dengan cara kerja rumah kaca yang berfungsi menahan panas matahari di dalamnya agar suhu di dalam rumah kaca tetap hangat. 

Dengan adanya gas rumah kaca, sebagian panas matahari yang menuju bumi akan dipantulkan kembali dalam bentuk sinar infra merah dan sebagian lagi akan diteruskan ke permukaan bumi. Setelah mencapai permukaan bumi panas matahari akan dipantulkan kembali ke angkasa dan sebagian lagi akan diserap oleh gas rumah kaca yang ada di atmosfer. Panas yang diserap oleh gas rumah kaca tersebut akan kembali ke permukaan bumi sehingga bumi tetap hangat untuk mahkluk hidup. 


Agar bumi tetap dalam keadaan hangat jumlah gas rumah kaca yang berfungsi menyerap dan memantulkan kembali panas matahari harus proporsional. Secara alami GRK menjaga agar suhu di permukaan bumi tetap berada di titik layak huni bagi mahkluk hidup. Namun peningkatan jumlah gas rumah kaca dapat memerangkap panas matahari yang memantul kembali ke angkasa sehingga menyebabkan suhu bumi semakin panas. Terperangkapnya panas matahari tersebut dapat berpengaruh luas pada kehidupan yang ada di permukaan bumi seperti peningkatan suhu bumi atau yang biasa dikenal dengan global warming.


Gas rumah kaca (GRK) berasal dari emisi (buangan) kegiatan manusia. Salah satu penghasil GRK adalah timbulan sampah yang tidak dikelola. Dalam bukunya Review on The Economics of Climate Change yang diterbitkan pada tahun 2006, Stren mengemukakan bahwa sampah menyumbang 3% dari peningkatan GRK. Proses pembusukan sampah menghasilkan gas antara lain metana (CH4) dan karbon dioksida (CO2) yang merupakan produk dari pembusukan sampah organik.


Kementrian Lingkungan Hidup mengemukakan bahwa sebagian besar komposisi sampah merupakan bahan organik, yaitu sebesar 65%. Sedangkan sisanya merupakan sampah plastik, kertas, kayu, dan lain-lain. Jika dilihat dari komposisi tersebut, sebagian besar sampah yang dihasilkan berpotensi melepaskan metana ke atmosfer dalam proses pembusukan sampah organik. Pelepasan metana ke atmosfer memiliki dampak buruk yang lebih besar dibandingkan karbon dioksida. Gas metana menghasilkan efek pemanasan 23 kali lipat dari karbon dioksida. Selain itu gas metan memiliki masa hidup yang relatif panjang yaitu antara 12-17 tahun. 
Produksi metana pada pembusukan sampah organik melalui beberapa tahapan. 


Pertama, pembusukan sampah dalam kondisi aerobik di mana oksigen yang terperangkap di dalam timbulan sampah relatif banyak. Sebagian besar gas yang dihasilkan dalam tahap ini adalah karbon dioksida (CO2).


Kedua, oksigen yang terperangkap di dalam timbulan sampah makin lama makin habis. Dengan habisnya oksigen di dalam timbulan sampah, sampah sampai dalam kondisi anaerobik. Dalam tahap ini nitrat dan sulfat berubah menjadi gas nitrogen dan asam sulfida.


Ketiga, terbentuk senyawa dengan jumlah molekul yang rendah seperti acetik acid (CH3COOH) dan beberapa asa organik komplek lainnya. Dalam tahap ini gas yang dihasilkan adalah CO2 dan hidrogen.


Keempat, terjadi fermentasi metana di mana senyawa acetik acid dan hidrogen berubah menjadi gas metana (CH4) dan karbon dioksida (CO2).


Kelima, merupakan tahap pematangan setelah hampir seluruh komponen yang dapat membusuk dalam sampah teruari menjadi CH4 dan CO2. Dalam tahap ini gas CH4 dan CO terus diproduksi. Untuk menghitung jumlah gas metana dan karbon dioksida terdapat rumus yang dapat digunakan  organik + H2O = humus + CH4 + CO2 + gas lain + bakteri


Secara alamiah, gas metana dan karbon dioksida yang dihasilkan dari timbulan sampah tersebut akan akan mencari jalan ke atas menuju atmosfer. Begitu sampah di atmosfer gas tersebut berkumpul bersama gas sejenis membentuk GRK. Apabila timbulan sampah terus menerus melepaskan gas metana dan karbon dioksida ke atmosfer, lama-lama konsentrasi jumlah GRK yang ada akan semakin padat. Kepadatan GRK tersebut dapat memerangkap panas matahari yang dipantulkan ke angkasa oleh permukaan bumi. Dengan makin banyaknya panas matahari yang terperangkap dapat menyebabkan suhu di permukaan bumi meningkat atau yang biasa disebut dengan global warming. 


Oleh karena itu perlu dilakukan penanganan serius terhadap pengelolaan sampah. Paradigma lama pengelolaan sampah end of pipe harus diubah. Sampah harus dikelola dengan paradigma baru, yaitu reduce at source dan resource recycle. Prinsip yang harus diterapkan dalam pengelolaan sampah adalah prinsip 3 R, reduce, re-use, dan recycle. Sampah tidak lagi dikumpulkan dari tong-tong warga untuk dibawa ke Tempat Penampungan Sampah (TPS) untuk selanjutnya di bawa ke Tempat Penampungan Akhir (TPA). Sampah sudah harus dikurangi sejak dari rumah dengan pola 3 R. Dari rumah sampah tidak lagi dikumpulkan di TPS tapi dikelola di Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST). Di TPST tersebut sampah akan dipilah berdasarkan jenisnya, yaitu organik, non-organik, dan residu. Untuk sampah organik diperlakukan dengan cara dijadikan kompos. Untuk sampah non-organik dipilah mana yang memiliki nilai jual. Sedangkan untuk residu akan diangkut ke TPA.


Dengan mengomposkan sampah organik, potensi pelepasan metan dan karbon dioksida ke atmosfer dapat dikurangi. Selain itu dengan mengolah sampah di lingkungan TPST berpotensi mengurangi volume sampah yang ditimbun di TPA yang mana memungkinkan usia TPA menjadi lebih panjang.c--q

Sumber : disini :)

Jumat, 09 Oktober 2015

Daya Kerja Deterjen

Sebagai bahan pembersih lainnya, deterjen merupakan buah kemajuan teknologi yang memanfaatkan bahan kimia dari hasil samping penyulingan minyak bumi, ditambah dengan bahan kimia lainnya seperti fosfat, silikat, bahan pewarna, dan bahan pewangi. sekitar tahun 1960-an, deterjen generasi awal muncul menggunakan bahan kimia pengaktif permukaan (surfaktanAlkyl Benzene Sulfonat (ABS) yang mampu menghasilkan busa. Namun karena sifat ABS yang sulit diurai oleh mikroorganisme di permukaan tanah, akhirnya digantikan dengan senyawa Linier Alkyl Sulfonat (LAS) yang diyakini relatif lebih akrab dengan lingkungan.

Pada banyak negara di dunia penggunaan ABS telah dilarang dan diganti dengan LAS. Sedangkan di Indonesia, peraturan mengenai larangan penggunaan ABS belum ada. Beberapa alasan masih digunakannya ABS dalam produk deterjen, antara lain karena harganya murah, kestabilannya dalam bentuk krim/pasta dan busanya melimpah.

Penggunaan sabun sebagai bahan pembersih yang dilarutkan dengan air di wilayah pegunungan atau daerah pemukiman bekas rawa sering tidak menghasilkan busa. Hal itu disebabkan oleh sifat sabun yang tidak akan menghasilkan busa jika dilarutkan dalam air sadah (air yang mengandung logam-logam tertentu atau kapur). Namun penggunaan deterjen dengan air yang bersifat sadah, akan tetap menghasilkan busa yang berlimpah.

Sabun maupun deterjen yang dilarutkan dalam air pada proses pencucian, akan membentuk emulsi bersama kotoran yang akan terbuang saat dibilas. Namun ada pendapat keliru bahwa semakin melimpahnya busa air sabun akan membuat cucian menjadi lebih bersih. Busa dengan luas permukaannya yang besar memang bisa menyerap kotoran debu, tetapi dengan adanya surfaktan, pembersihan sudah dapat dilakukan tanpa perlu adanya busa.

Opini yang sengaja dibentuk bahwa busa yang melimpah menunjukkan daya kerja deterjen adalah menyesatkan. Jadi, proses pencucian tidak bergantung ada atau tidaknya busa atau sedikit dan banyaknya busa yang dihasilkan. Kemampuan daya pembersih deterjen ini dapat ditingkatkan jika cucian dipanaskan karena daya kerja enzim dan pemutih akan efektif. Tetapi, mencuci dengan air panas akan menyebabkan warna pakaian memudar. Jadi untuk pakaian berwarna, sebaiknya jangan menggunakan air hangat/panas.

Pemakaian deterjen juga kerap menimbulkan persoalan baru, terutama bagi pengguna yang memiliki sifat sensitif. Pengguna deterjen dapat mengalami iritasi kulit, kulit gatal-gatal, ataupun kulit menjadi terasa lebih panas usai memakai deterjen.
oleh      : ISNI ALFIA
sumber : Dari sini :)

Teknik Radiokarbon : Si Pembaca Umur

Teknik ini tidak akan menolong kita jika yang ingin kita ketahui umurnya masih hidup, misalnya teman mengobrol kita lewat internet yang mengaku 25 tahun. Penentuan umur menggunakan teknik radiokarbon (radiocarbon dating) berguna untuk menentukan umur tumbuhan atau sisa hewan yang mati sekitar lima ratus hingga lima puluh ribu tahun lampau. 

Sejak ditemukan oleh gurubesar kimia University of Chicago, Willard F. Libby (1908-1980) sekitar tahun 1950-an (ia menerima Hadiah Nobel untuk penemuan tersebut pada tahun 1960), teknik radiokarbon telah menjadi perkakas riset sangat ampuh dalam arkeologi, oseanografi, dan beberapa cabang ilmu lainnya. Agar teknik radiokarbon dapat memberitahu umur sebuah objek, objek tersebut harus mengandung carbon organic, yakni karbon yang pernah menjadi bagian dalam tubuh tumbuhan atau hewan. Metode radiocarbon dating memberitahu kita berapa lama yang lalu suatu tumbuhan atau hewan hidup, atau lebih tepat, berapa lama yang lalu tumbuhan atau hewan itu mati.

Uji radiocarbon dapat dilakukan terhadap bahan-bahan seperti kayu, tulang, arang dari perapian perkemahan atau gua purba, atau bahkan kain linen yang digunakan untuk membungkus mummi, karena kain linen itu terbuat dari serat tanaman flax. Karbon adalah salah satu unsur kimia yang dikandung oleh setiap makhluk hidup dalam bentuk macam-macam bahan biokimia, dalam protein, karbohidrat, lipid, hormone, enzim, dsb. Sesungguhnya, ilmu kimia yang mempelajari bahan kimia berbasis karbon disebut “kimia organik” karena dahulu orang yakin bahwa satu-satunya tempat bagi bahan kimia ini adalah makhluk hidup. Kini, orang tahu bahwa kita dapat membuat segala macam bahan kimia organik berbasis karbon dari minyak bumi tanpa harus mengambil dari tumbuhan atau hewan.

Tetapi, karbon dalam makhluk hidup berbeda dalam satu hal penting dari karbon dalam bahan-bahan bukan makhluk hidup seperti batu bara, minyak bumi, dan mineral. Karbon “hidup” mengandung sejumlah kecil atm karbon jenis tertentu yang disebut karbon-14, sedangkan karbon”mati” hanya mengandung atom-atom karbon-12 dan karbon-13. Ketiga macam atom-atom karbon berbeda itu disebut isotop-isotop karbon; mereka semua mempunyai perilaku sama secara kimiawi, tetapi mempunyai berat yang berbeda-beda, atau lebih tepat, mempunyai massa berbeda-beda.

Yang unik seputar karbon-14, disamping massanya, adalah karena mereka radioaktif. Yakni, mereka tidak stabil dan cenderung melapuk, terpecah sambil menembakkan partikel-partikel subatom: disebut partikel-partikel beta. Dengan demikian semua makhluk hidup sebetulnya bersifat radioaktif, meskipun sedikit, yaitu karena memiliki karbon-14. Betul termasuk anda dan saya, kita semua radioaktif. Orang dengan berat 68 kg mengandung sekitar sejuta miliar atom karbon-14 yang menembakkan 200.000 partikel beta setiap menit!!

oleh       : korewa 
sumber  : Dari sini :)

Apa itu Hidrogen Peroksida?

Hidrogen peroksida dengan rumus kimia H2O2 ditemukan oleh Louis Jacques Thenard di tahun 1818. Senyawa ini merupakan bahan kimia anorganik yang memiliki sifat oksidator kuat. Bahan baku pembuatan hidrogen peroksida adalah gas hidrogen (H2) dan gas oksigen (O2). Teknologi yang banyak digunakan di dalam industri hidrogen peroksida adalah auto oksidasi Anthraquinone.
H2O2 tidak berwarna, berbau khas agak keasaman, dan larut dengan baik dalam air. Dalam kondisi normal (kondisi ambient), hidrogen peroksida sangat stabil dengan laju dekomposisi kira-kira kurang dari 1% per tahun.
Mayoritas pengunaan hidrogen peroksida adalah dengan memanfaatkan dan merekayasa reaksi dekomposisinya, yang intinya menghasilkan oksigen. Pada tahap produksi hidrogen peroksida, bahan stabilizer kimia biasanya ditambahkan dengan maksud untuk menghambat laju dekomposisinya. Termasuk dekomposisi yang terjadi selama produk hidrogen peroksida dalam penyimpanan. Selain menghasilkan oksigen, reaksi dekomposisi hidrogen peroksida juga menghasilkan air (H2O) dan panas. Reaksi dekomposisi eksotermis yang terjadi adalah sebagai berikut:
H2O2 -> H2O + 1/2O2 + 23.45 kcal/mol
Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi dekomposisi hidrogen peroksida adalah:
1. Bahan organik tertentu, seperti alkohol dan bensin
2. Katalis, seperti Pd, Fe, Cu, Ni, Cr, Pb, Mn
3. Temperatur, laju reaksi dekomposisi hidrogen peroksida naik sebesar 2.2 x setiap kenaikan 10oC (dalam range temperatur 20-100oC)
4. Permukaan container yang tidak rata (active surface)
5. Padatan yang tersuspensi, seperti partikel debu atau pengotor lainnya
6. Makin tinggi pH (makin basa) laju dekomposisi semakin tinggi
7. Radiasi, terutama radiasi dari sinar dengan panjang gelombang yang pendek
Hidrogen peroksida bisa digunakan sebagai zat pengelantang atau bleaching agent pada industri pulp, kertas, dan tekstil. Senyawa ini juga biasa dipakai pada proses pengolahan limbah cair, industri kimia, pembuatan deterjen, makanan dan minuman, medis, serta industri elektronika (pembuatan PCB).
Salah satu keunggulan hidrogen peroksida dibandingkan dengan oksidator yang lain adalah sifatnya yang ramah lingkungan karena tidak meninggalkan residu yang berbahaya. Kekuatan oksidatornya pun dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. Sebagai contoh dalam industri pulp dan kertas, penggunaan hidrogen peroksida biasanya dikombinasikan dengan NaOH atau soda api. Semakin basa, maka laju dekomposisi hidrogen peroksida pun semakin tinggi. Kebutuhan industri akan hidrogen peroksida terus meningkat dari tahun ke tahun. Walaupun saat ini di Indonesia sudah terdapat beberapa pabrik penghasil hidrogen peroksida seperti PT Peroksida Indonesia Pratama, PT Degussa Peroxide Indonesia, dan PT Samator Inti Peroksida, tetapi kebutuhan di dalam negeri masih tetap harus diimpor.

oleh       : skuler 
sumber   : Dari sini :)
referensi : Dari sana :D

Potensi Kompleks Kobalt - piridin-2,6-dikaboksilat sebagai Agen Antikanker baru

Kanker adalah salah satu jenis penyakit tumor ganas (benign tumour). Penyakit ini timbul akibat terjadinya mutasi pada biosintesis sel, yaitu kesalahan urutan DNA karena terpotong, tersubstitusi atau adanya pengaturan kembali, mengakibatkan pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal, cepat, dan tidak terkendali. Sel-sel kanker akan terus membelah diri, terlepas dari pengendalian pertumbuhan dan tidak lagi menuruti hukum-hukum pembiakan. Bila pertumbuhan tidak segera dihentikan dan diobati maka sel kanker akan berkembang terus. Sel kanker akan tumbuh menyusup ke jaringan sekitarnya (invasive), lalu membuat anak sebar (metastasis) ke tempat yang lebih jauh melalui pembuluh darah dan pembuluh getah bening. Selanjutnya akan tumbuh kanker baru di tempat lain sampai akhirnya menyebabkan kematian penderitanya.

Penyakit kanker merupakan penyakit penyebab kematian terbesar kedua setelah penyakit jantung. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa, jumlah penderita kanker bertambah menjadi 6,25 juta orang setiap tahun dan diperkirakan sepuluh tahun mendatang 9 juta orang akan meninggal akibat penyakit ini setiap tahunnya (Yayasan Kanker Indonesia, 2006). Sementara di Indonesia penyakit kanker adalah penyebab kematian nomor tujuh setelah stroke, tuberkulosis, hipertensi, cidera, perinatal, dan diabetes militus. Penderita kanker mencapai 6 % dari 200 juta lebih penduduk Indonesia, saat ini diperkirakan dari 100.000 penduduk Indonesia, terdapat 100 penderita baru penyakit kanker setiap tahun (Aditama, 2009). Pola frekuensi relatif jenis kanker yang sering didapati di Indonesia secara berurutan adalah kanker leher rahim (serviks), hati, payudara, paru-paru, kulit, nasofaring, limfoma, leukimia dan kolon (Reksodiputro, 1991).

Pengobatan penyakit kanker telah dilakukan secara intensif. Chemotherapy dengan menggunakan obat-obatan antikanker seperti flourasilmetotreksat dan cisplatin telah dilakukan, namun timbulnya mekanisme multidrug resistance (MDR) akan mengurangi daya kerja obat-obatan ini. Radiotherapy dengan metode penyinaran juga telah banyak dimanfaatkan tetapi kurang efektif, memerlukan biaya yang mahal, terlalu toksik, serta menunjukkan efek samping yang serius. Penelitian tentang penyakit kanker dan cara pengobatannya terus dikembangkan, di antaranya adalah kehadiran senyawa kompleks logam yang diharapkan menjadi obat anti kanker baru yang lebih baik, efektif dan efisien.

Peran senyawa kompleks logam yang diterapkan dalam bidang kedokteran menjadi topik-topik hangat dalam kimia bioanorganik (Szacilowski, et al., 2005 ; Mudasir, 2006). Salah satu topik menarik dan terus berkembang adalah interaksi molekul kecil termasuk di dalamnya kompleks logam dengan DNA. Topik ini menarik karena umumnya molekul-molekul kecil yang dapat berinteraksi dengan DNA adalah senyawa-senyawa yang menunjukkan aktivitas obat (terapetik), terutama dalam bidangchemotherapy dan terapi fotodinamik kanker atau senyawa-senyawa yang bersifat racun bagi tubuh (Mudasir, 2006). Oleh karena itu, dengan memahami perilaku dan sifat-sifat interaksi senyawa kompleks logam dengan DNA diharapkan dapat membantu memahami mekanisme kerja obat-obat dan mekanisme toksisitas kompleks logam pada tingkat molekular.

Kompleks logam dengan asam pikolinat merupakan produk degradasi dari tryptophan (Barandika et al., 1999). Studi kompleks pikolinat menunjukkan aktivitas biologi, dapat menginduksi sel murine leukemia HL-60 (Heren et al., 2006), dapat menghambat pertumbuhan mycobacterium ovium complex (Shimizu et al., 2006), dan beberapa laporan kompleks logam-pikolinat menunjukkan pengaruh dalam menghambat pertumbuhan sel-sel kanker. Seperti yang telah dilaporkan oleh Van Rijt, (2008), kompleks osmium(II) pikolinat memberikan pengaruh yang sama dalam menghambat sel-sel kanker seperti cisplatin yang selama ini dikenal sebagai obat chemotherapykanker. Kompleks kobalt-aspirin seperti yang telah dilaporkan oleh Ingo (2009), juga memberikan pengaruh dalam menghambat sel-sel tumor. Kompleks kobalt-organologam seperti pada [Co2(CO)6] yang selama ini dikenal sebagai antitumor, potensi antitumornya lebih meningkat ketika dipadukan dengan aspirin (asam asetil salisilat). 

Aspirin adalah golongan nonsteroidal antirheumatics (NSARs) yang telah lama dikenal dalam bidang farmakologi sebagai antiradang dan penghilang rasa sakit. Efek NSARs diduga melibatkan gugus karboksilat yang melakukan penghambatan enzim cyclooxygenase (Ingo, 2009). Gugus karboksilat ini dijumpai juga pada asam pikolinat (2-piridin karboksilat) maupun dipikolinat (piridin-2,6-dikarboksilat) yang terikat pada cincin piridinnya.

Dengan penambahan satu gugus karboksilat pada cincin piridin ligan pikolinat dan terbentuk struktur dipikolinat (piridin-2,6-dikarboksilat), diharapkan kompleks logam yang dihasilkan memiliki interaksi yang lebih besar dalam menghambat sel-sel anti kanker dan menunjukkan peningkatan bioaktivitas lainnya (Martak, 2008). Kompleks logam dipikolinat seperti yang telah dilaporkan oleh Yang et al., (2002) memberikan pengaruh dalam mereduksi hyperlipidemia pada diabetes. Demikian juga laporan Colak et al., (2009) yang menunjukkan kompleks logam dipikolinat berpengaruh sebagai inhibitor pertumbuhan bakteri.

oleh      : Mahbub Alwathoni
sumber : Dari sini :)

Salmonella : Infeksi yang Mematikan

Setiap hari, kita pasti mengkonsumsi makanan yang membuat tubuh bugar dan sehat, seperti makanan karbohidrat, protein dan sayur mayur. Makanan ini sangatlah penting untuk kondisi tubuh yang kuat. Tidak hanya makanan, kebanyakan dari kita juga pasti mempunyai hewan peliharaan dan hewan kesayangan seperti anjing, kucing, kura-kura, cicak atau pun ular, yang menurut kita sangatlah penting dalam hidup kita. Akan tetapi, kita tidak pernah mengetahui bahwa makanan atau minuman yang kita konsumsi telah terkontaminasi oleh bakteri Salmonellosis. Tidak hanya itu, kita juga tidak mengetahui kalau hewan pelirahaan kita sebenarnya membawa bakteri Salmonellosis ini, yang amat sangat membahayakan untuk manusia.


salmonellaBakteri Salmonellosis adalah bakteri yang menular dengan kecepatan luar biasa, dan bisa memperburuk dalam waktu yang sangat cepat. Infeksi Salmonella, disebabkan oleh bakteri Salmonellosis, bisa menyebabkan dehidrasi ekstrim dan juga kematian. 

Salmonellosis disebarkan kepada orang-orang dengan memakan bakteri Salmonella yang mengkontaminasi dan mencemari makanan. 

Salmonella ada diseluruh dunia dan dapat mencemari hampir segala tipe makanan. Namun sumber dari penyakit baru-baru ini melibatkan makanan-makanan seperti telur-telur mentah, daging mentah, sayur-sayur segar, sereal, dan air yang tercemar.

Pencemaran dan penyebaran infeksi dan bakteri Salmonella ini dapat datang dari feces hewan atau manusia yang berhubungan dengan makanan selama pemrosesannya atau panen. Dari hasil yang tersedia dari U.S. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) atau FDA, sumber-sumber langsung yang berpotensi dari Salmonella adalah hewan-hewan peliharaan seperti kura-kura, anjing-anjing, kucing-kucing, kebanyakan hewan-hewan ternak, dan manusia-manusia yang terinfeksi. Menurut penelitian-penelitian di seluruh dunia, para ahli menyarankan sumber-sumber makanan, air, atau sumber-sumber lain dari pencemaran mengandung jumlah-jumlah yang besar dari bakteri-bakteri. Meskipun asam lambung manusia dapat mengurangi, menguras sedikit dan membunuh infeksi Salmonella, masih ada beberapa bakteri-bakteri dapat lolos ke dalam usus besar maupun usus kecil, dan kemudian melekat dan menembus sel-sel dalam tubuh manusia.

Racun-racun yang dihasilkan oleh bakteri dapat merusak dan membunuh sel-sel yang melapisi usus-usus, yang berakibat pada kehilangan cairan usus (diare). Beberapa Salmonella dapat selamat dalam sel-sel dari sistem imun dan dapat mencapai aliran darah, menyebabkan infeksi darah (bacteremia). Tidak hanya itu, ketika infeksi Salmonella sudah memasuki dan mencapai aliran darah, akan mengakibatkan panas dalam, muntaber dan sakit perut yang ekstrim. Biasanya, yang terinfeksi oleh infeksi Salmonella adalah masa bayi-bayi, masa kanak-kanak, masa tua dan orang yang mempunyai system imun yang sangatlah lemah. Sistem imun adalah sistem, termasuk thymus dan bone marrow and lymphoid tisu, yang menjaga dan melindungi tubuh manusia dari infeksi dan bakteri yang asing dengan memproduksi respon imun yang kuat. Akan tetapi, orang yang mempunyai system imun yang sangat lemah, tidak kuat untuk menahan infeksi ataupun bakteri memasuki tubuhnya. Bayi dan kanak-kanak adalah tahapan pertumbuhan paling awal, dan sejak masa itulah sistem imun seorang bayi masih terlalu muda dan belum terlalu kuat untuk melawan infeksi dan bakteri berbahaya, seperti infeksi Salmonella. Sedangkan orang yang sudah cukup tua sudah mencapai tahapan pertumbuhan paling terakhir, dan sejak masa itulah sistem imun seorang yang tua sudah terlalu lemah dan tidak kuat untuk menahan bakteri Salmonella yang amat sangat berbahaya bagi manusia itu.

Tidak semua bakteri atau infeksi saling menular. Bakteri saling menular dengan 3 cara yaitu secara bersentuhan, secara berterbangan di udara, dan secara makanan ataupun minuman yang kita konsumsi setiap hari. Bakteri Salmonellosis adalah bakteri yang menular dengan semua cara tersebut dengan kecepatan yang luar biasa. Dari hasil penelitian, para ahli menyatakan bahwa bakteri Salmonellosis adalah bakteri yang mudah dihilangkan tetapi ketika tubuh kita diberi antibiotik, bakteri Salmonellosis tersebut bisa tambah aktif dan membuat proses penularan lebih cepat dibandingkan biasanya. Efek-efek dari serangan bakteri Salmonellosis ini juga sangat berbahaya jika tidak diobati atau dirawat karena bisa menghancurkan sistem imun dengan fatal. Bakteri Salmonellosis adalah bakteri yang menular dengan cara bersentuhan. Contohnya adalah hewan peliharaan kita atau hewan reptil seperti ular dan cicak. 

Ketika kita menyentuh hewan yang membawa bakteri tersebut, bakterinya akan menyangkut dan menempel di rambut kulit dan lama kelamaan, bisa masuk ke dalam tubuh kita. Bakteri Salmonellosis ini juga menular dengan sangat cepat lewat udara. Ketika tubuh kita terinfeksi oleh Infeksi Salmonella, kita akan mengalami flu yang berat. Dengan flu tersebut, udara yang mengelilingi kita akan terkontaminasi oleh bakteri-bakteri Salmonellosis, yang bisa mengakibatkan penularan yang cepat. Tidak hanya lewat udara dan penyentuhan, bakteri Salmonellosis ini saling menular dengan cara makanan atau minuman. 
Kalau makanan dan minuman kita terkontaminasi oleh bakteri ini, kita akan mendapat Infeksi Salmonella dengan cara memakan atau meminumnya.


oleh      : Diana Himawan
sumber : Dari sini :)

Manusia Berdarah Hijau

Semua orang tahu kalau darah manusia itu merah. Bukan hanya darah manusia tetapi sebagian besar darah sebagian besar makhluk hidup lainnya itu merah. Mau orang kaya, orang miskin semuanya darahnya merah. Lalu, bagaimana kalau terdapat makhluk yang berdarah hijau di bumi ini? Apakah mereka keturunan alien? Bagaimana kalau anda sedang rual rumah, calon pembeli anda bilang bahwa dia berdarah hijau seperti tokoh Mr. Spock di film Star Trek? Pasti anda akan tertawa duluan khan.

darah hijau

Tetapi ternyata manusia berdarah hijau itu ada dan ternyata juga terdapat beberapa jenis binatang yang berdarah hijau seperti jenis katak dari Kamboja dan serangga. Darah hijau binatang ini karena darahnya tidak berfungsi membawa oksigen karena tidak memerlukan hemoglobin. Darah warna hijau di dalam dunia medis memang bisa terjadi dan di dunia medis itu dikenal dengan sebutan sulfhemoglobinaemia (SulfHb) yang merupakan turunan warna dari hemoglobin dan sulit untuk kembali normal.
Orang berdarah berwarna hijau ditemukan pada Juni 2007 oleh tim dokter anestesi Dr. Stephan Schwarz, Dr. Giuseppe Del Vicario dan Dr. Alana Flexman di Kanada. Saat itu para dokter dalam satu tim ini sedang melakukan operasi di rumah sakit Vancouver St. Paul terhadap seorang lelaki berusia 42 tahun yang masuk ke rumah sakit karena terjatuh. Para dokter tersebut sangat terkejut ketika pada sayatan pertama pada kaki sang pasien, darah yang dikeluarkan nya adalah darah yang berwarna hijau gelap bukan warna merah seperti manusia pada normalnya.
Para dokter mengadakan penelusuran ke riwayat medis sang pasien dan hasil penemuan menyatakan bahwa sang pasien ternyata sering mengkonsumsi obat sumatriptandalam dosis besar atau 200 miligram setiap harinya untuk mengobati sakit kepala migrain sang pasien. Obat-obatan sumatriptan adalah termasuk dalam golongan sulfonamides (sulfur), merupakan obat yang mengandung senyawa belerang. Karena kandungan senyawa belerang inilah yang menyebabkan terjadinya kondisi langka yang disebut dengan sulfhaemoglobinaemia, yaitu belerang yang ada di tubuh bergabung dengan oksigen yang membawa senyawa hemoglobin di dalam sel darah merah.

oleh      : yONs
sumber : Dari sini :)
 

Template by BloggerCandy.com