Pages

Sabtu, 17 Oktober 2015

Dampak Gas Metan yang Dihasilkan Sampah Organik Terhadap GRK

Oleh : Admin BEST Indonesia

Angkasa raya merupakan ruang yang maha luas dan dingin. Dalam sistem tata surya hanya bumi satu-satunya planet yang diketahui terdapat kehidupan. Adanya kehidupan tersebut dimungkinkan karena permukaan bumi memiliki suhu yang ideal bagi tumbuh dan berkembangnya kehidupan. Selain di planet bumi belum ditemukan kehidupan karena suhu di planet lain begitu tinggi atau terlalu dingin.

Hangatnya suhu di permukaan bumi disebabkan adanya sekelompok gas di atmosfer seperti CO2, Metana, dan NO yang berfungsi menjaga agar suhu di permukaan bumi tetap hangat. Kelompok gas tersebut sering disebut dengan gas rumah kaca. Disebut dengan gas rumah kaca karena cara kerja gas tersebut mirip dengan cara kerja rumah kaca yang berfungsi menahan panas matahari di dalamnya agar suhu di dalam rumah kaca tetap hangat. 

Dengan adanya gas rumah kaca, sebagian panas matahari yang menuju bumi akan dipantulkan kembali dalam bentuk sinar infra merah dan sebagian lagi akan diteruskan ke permukaan bumi. Setelah mencapai permukaan bumi panas matahari akan dipantulkan kembali ke angkasa dan sebagian lagi akan diserap oleh gas rumah kaca yang ada di atmosfer. Panas yang diserap oleh gas rumah kaca tersebut akan kembali ke permukaan bumi sehingga bumi tetap hangat untuk mahkluk hidup. 


Agar bumi tetap dalam keadaan hangat jumlah gas rumah kaca yang berfungsi menyerap dan memantulkan kembali panas matahari harus proporsional. Secara alami GRK menjaga agar suhu di permukaan bumi tetap berada di titik layak huni bagi mahkluk hidup. Namun peningkatan jumlah gas rumah kaca dapat memerangkap panas matahari yang memantul kembali ke angkasa sehingga menyebabkan suhu bumi semakin panas. Terperangkapnya panas matahari tersebut dapat berpengaruh luas pada kehidupan yang ada di permukaan bumi seperti peningkatan suhu bumi atau yang biasa dikenal dengan global warming.


Gas rumah kaca (GRK) berasal dari emisi (buangan) kegiatan manusia. Salah satu penghasil GRK adalah timbulan sampah yang tidak dikelola. Dalam bukunya Review on The Economics of Climate Change yang diterbitkan pada tahun 2006, Stren mengemukakan bahwa sampah menyumbang 3% dari peningkatan GRK. Proses pembusukan sampah menghasilkan gas antara lain metana (CH4) dan karbon dioksida (CO2) yang merupakan produk dari pembusukan sampah organik.


Kementrian Lingkungan Hidup mengemukakan bahwa sebagian besar komposisi sampah merupakan bahan organik, yaitu sebesar 65%. Sedangkan sisanya merupakan sampah plastik, kertas, kayu, dan lain-lain. Jika dilihat dari komposisi tersebut, sebagian besar sampah yang dihasilkan berpotensi melepaskan metana ke atmosfer dalam proses pembusukan sampah organik. Pelepasan metana ke atmosfer memiliki dampak buruk yang lebih besar dibandingkan karbon dioksida. Gas metana menghasilkan efek pemanasan 23 kali lipat dari karbon dioksida. Selain itu gas metan memiliki masa hidup yang relatif panjang yaitu antara 12-17 tahun. 
Produksi metana pada pembusukan sampah organik melalui beberapa tahapan. 


Pertama, pembusukan sampah dalam kondisi aerobik di mana oksigen yang terperangkap di dalam timbulan sampah relatif banyak. Sebagian besar gas yang dihasilkan dalam tahap ini adalah karbon dioksida (CO2).


Kedua, oksigen yang terperangkap di dalam timbulan sampah makin lama makin habis. Dengan habisnya oksigen di dalam timbulan sampah, sampah sampai dalam kondisi anaerobik. Dalam tahap ini nitrat dan sulfat berubah menjadi gas nitrogen dan asam sulfida.


Ketiga, terbentuk senyawa dengan jumlah molekul yang rendah seperti acetik acid (CH3COOH) dan beberapa asa organik komplek lainnya. Dalam tahap ini gas yang dihasilkan adalah CO2 dan hidrogen.


Keempat, terjadi fermentasi metana di mana senyawa acetik acid dan hidrogen berubah menjadi gas metana (CH4) dan karbon dioksida (CO2).


Kelima, merupakan tahap pematangan setelah hampir seluruh komponen yang dapat membusuk dalam sampah teruari menjadi CH4 dan CO2. Dalam tahap ini gas CH4 dan CO terus diproduksi. Untuk menghitung jumlah gas metana dan karbon dioksida terdapat rumus yang dapat digunakan  organik + H2O = humus + CH4 + CO2 + gas lain + bakteri


Secara alamiah, gas metana dan karbon dioksida yang dihasilkan dari timbulan sampah tersebut akan akan mencari jalan ke atas menuju atmosfer. Begitu sampah di atmosfer gas tersebut berkumpul bersama gas sejenis membentuk GRK. Apabila timbulan sampah terus menerus melepaskan gas metana dan karbon dioksida ke atmosfer, lama-lama konsentrasi jumlah GRK yang ada akan semakin padat. Kepadatan GRK tersebut dapat memerangkap panas matahari yang dipantulkan ke angkasa oleh permukaan bumi. Dengan makin banyaknya panas matahari yang terperangkap dapat menyebabkan suhu di permukaan bumi meningkat atau yang biasa disebut dengan global warming. 


Oleh karena itu perlu dilakukan penanganan serius terhadap pengelolaan sampah. Paradigma lama pengelolaan sampah end of pipe harus diubah. Sampah harus dikelola dengan paradigma baru, yaitu reduce at source dan resource recycle. Prinsip yang harus diterapkan dalam pengelolaan sampah adalah prinsip 3 R, reduce, re-use, dan recycle. Sampah tidak lagi dikumpulkan dari tong-tong warga untuk dibawa ke Tempat Penampungan Sampah (TPS) untuk selanjutnya di bawa ke Tempat Penampungan Akhir (TPA). Sampah sudah harus dikurangi sejak dari rumah dengan pola 3 R. Dari rumah sampah tidak lagi dikumpulkan di TPS tapi dikelola di Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST). Di TPST tersebut sampah akan dipilah berdasarkan jenisnya, yaitu organik, non-organik, dan residu. Untuk sampah organik diperlakukan dengan cara dijadikan kompos. Untuk sampah non-organik dipilah mana yang memiliki nilai jual. Sedangkan untuk residu akan diangkut ke TPA.


Dengan mengomposkan sampah organik, potensi pelepasan metan dan karbon dioksida ke atmosfer dapat dikurangi. Selain itu dengan mengolah sampah di lingkungan TPST berpotensi mengurangi volume sampah yang ditimbun di TPA yang mana memungkinkan usia TPA menjadi lebih panjang.c--q

Sumber : disini :)
 

Template by BloggerCandy.com